Jumat, 04 September 2009

ISLAM SOLUSI KEBANGKITAN BANGSA*

Sebagai bangsa Indonesia kita harus bangkit. Kebangkitan kita membutuhkan sebuah ideologi. Dalam Risalah Menuju Cahaya, Ustadz Hasan Al Banna menyampaikan bahwa di dunia ini, tiada satu pun ideologi yang dapat memberikan apa-apa yang dibutuhkan oleh umat yang sedang bangkit, menyangkut sistem perundang-undangan kaidah-kaidah hukum, maupun kelemahlembutan perasaan dan kepekaan moral sebagaimana yang diberikan oleh Islam.

Islam telah menjamin semua aspek untuk membangun bangsa. Dalam Al-Qur’an sarat dengan berbagai gambaran tentang aspek-aspek tersebut. Guna memperjelas pengertian, ia menyajikan gambaran umum pada suatu kali, dan memberi gambaran secara rinci di kali yang lain. Al-Qur’an juga menawarkan penyelesaian terhadap berbagai persoalan dengan jelas dan rinci, sehingga bangsa mana pun yang mau mengambilnya sebagai landasan hidup, niscaya ia akan memperoleh apa yang diinginkannya.

Islam dan Cita-cita

Umat yang tengah bangkit membutuhkan cita-cita yang luhur. Al-Qur’an telah menyodorkan jawaban untuk memenuhi tuntutan cita-cita itu, dengan suatu metodologi yang mampu mengubah umat yang jumud menjadi dinamis, penuh semangat untuk meraih cita-cita, dan memiliki tekad yang kuat untuk membangun dirinya.

Cukuplah sebagai bukti bagi kalian, bahwa Islam menjadikan sifat putus asa itu sebagai jalan menuju kekufuran dan termasuk salah satu fenomena kesesatan.

Sedangkan umat yang paling lemah saja, kedudukannya di sisi Allah adalah seperti difirmankan-Nya dalam Al-Qur’an,

وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ اْلأَعْلَوْنَ إْن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ {139}

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Ali Imran: 139)

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللهِ أَلآَ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيبُُ {214}

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Kapankah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al-Baqarah: 214)

Umat yang paling lemah sekalipun -jika mendengar janji-janji Allah di ayat-ayat tersebut dan membaca kisah-kisahnya yang faktual dan realistis- mestinya harus bangkit menjadi umat yang terkuat, baik iman maupun ruhaninya.

Tidakkah engkau rasakan, pada cita-cita agung tersebut terdapat suatu kekuatan yang membangkitkan semangat untuk bertahan menghadapi berbagai kesulitan, betapa pun beratnya. Kekuatan yang membuat kita siap bergumul dengan berbagai peristiwa betapa pun dahsyatnya, sampai kita mendapatkan kemenangan yang gilang-gemilang.

Islam dan Militer

Umat yang tengah bangkit pasti membutuhkan kekuatan yang besar, dan jiwa keprajuritan putra-putranya.

Apalagi di masa sekarang, di mana tidak ada sesuatu pun yang dapat menjamin tegaknya perdamaian kecuali kesiapan untuk berperang. Bahkan, masyarakat telah begitu akrab dengan slogan “kekuatan adalah cara yang paling menjamin tegaknya kebenaran. ”

Islam tidak mengabaikan hal ini, bahkan ia dijadikan sebagai sebuah kewajiban di antara kewajiban-kewajiban yang lain, Islam tidak memberi jarak sedikit pun antara kekuatan di satu sisi, dengan shalat dan puasa di sisi yang lain. Bahkan, di dunia ini tiada satu pun sistem ideologi yang memiliki perhatian demikian besar terhadap kekuatan -baik pada masa lalu maupun sekarang sebagaimana yang dimiliki oleh sistem Islam, yang tertuang dalam Al-Qur’an, Hadits Rasulullah saw., dan sejarah kehidupannya.

Anda dapat melihat hal ini demikian jelas dalam firman Allah swt.,

وَأَعِدُّوا لَهُم مَّااسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللهِ وَعَدُوَّكُمْ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَتَعْلَمُونَهُمُ اللهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَاتُنْفِقُوا مِن شَىْءٍ فِي سَبِيلِ اللهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَتُظْلَمُونَ{60}

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu…” (Al-Anfal: 60)

Bahkan Anda dapat melihat semangat juang yang tertuang dalam sebuah kitab suci, yang dibaca di kala shalat, berdzikir, beribadah, dan bermunajat kepada Allah swt.

Di samping itu, kedudukan militer di dalam Islam adalah sebagai polisi keadilan serta penegak undang-undang dan hukum. Adapun militer Eropa yang ada sekarang, semua orang mengetahuinya, dia adalah pasukan bar-bar yang zhalim dan tentara yang hanya berpikir untuk keselamatan dirinya. Kalian dapat membandingkan, mana yang lebih utama di antara keduanya?

Islam dan Ilmu

Sebagaimana umat ini membutuhkan kekuatan, ia juga membutuhkan ilmu pengetahuan yang dapat menopang kekuatan Islam tersebut dan mengarahkannya pada tujuan yang utama mendorong sepenuhnya berbagai kegiatan ilmiah seperti penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Islam sama sekali tidak abai terhadap ilmu pengetahuan, bahkan menjadikan aktivitas ilmiah sebagai salah satu kewajiban diantara kewajiban-kewajiban yang lain.

Sebagai bukti, cukuplah kutipan awal dari firman Allah berikut,

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1}

Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, Tuhanmulah yang paling Pemurah; yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam; Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-’Alaq: 1-5)

Pada perang Badar, Rasulullah saw. meminta tebusan bagi Pembebasan tawanan orang-orang musyrik dengan cara satu tawanan diminta mengajari baca-tulis kepada sepuluh anak-anak Islam, dalam rangka menghapuskan buta huruf di kalangan umat Islam kala itu.

Al-Qur’an juga tidak membedakan antara ilmu pengetahuan (umum) dengan ilmu agama, bahkan mewasiati kita supaya meraih keduanya, Allah swt. menuturkan firman-Nya yang berkenaan dengan alam pada satu ayat, lalu menganjurkan untuk menguasainya dan menjadikan pengetahuan atasnya sebagai jalan menuju ma’rifah dan khasyatullah (takut kepada Allah).

Semoga Allah meningkatkan Pengetahuan kaum muslimin terhadap agamanya.

Islam dan Akhlaq

Umat yang tengah bangkit paling membutuhkan akhlaq yang mulia, jiwa yang besar, dan cita-cita yang tinggi. Hal ini karena umat tersebut akan menghadapi berbagai tuntutan dari sebuah masyarakat baru. Suatu tuntutan yang tidak mungkin dipenuhi kecuali dengan kesempurnaan akhlaq dan ketulusan jiwa, yang lahir dari iman yang menghunjam dalam dada, komitmen yang menancap kuat di dalam hati, pengorbanan yang besar, dan mental yang tahan uji. Hanya Islamlah yang mampu mencetak kepribadian serupa itu, dan ia pula yang menjadikan kebersihan dan kesucian jiwa sebagai pondasi bagi bangunan kejayaan umat. Allah swt. berfirman,

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا {9} وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا {10}

“Sungguh, beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sungguh merugilah orang yang mongotorinya.” (Asy-Syams: 9-10)

Islam menggantungkan perubahan urusan umat ini kepada perubahan akhlaq dan kebersihan jiwanya.

Sesungguhnya, tidak ada ajaran yang setara dengan ajaran Islam. Ia adalah sebuah ajaran yang dapat membangunkan hati, menghidupkan perasaan, dan menegakkan kontrol diri dengan sebaik-baik kontrol. Tanpa kehadirannya tidak mungkin ada sebuah undang-undang yang tertata dari masalah yang global hingga masalah yang paling detail.

Islam dan Ekonomi

Umat yang tengah bangkit juga sangat membutuhkan penanganan atas urusan ekonominya, karena ia merupakan persoalan paling penting di masa kini. Islam sama sekali tidak mengesampingkan masalah ini, bahkan ia telah meletakkan kaidah dasar dan konsep-konsepnya secara jelas dan tuntas. Kalian dapat mendengarkan firman Allah swt. mengenai bagaimana Islam mengajarkan kepada kita untuk menjaga. harta, menjelaskan nilainya, serta mengingatkan kewajiban kita untuk memperhatikannya. Allah swt. berfirman,

وَلاَتُؤْتُوا السُّفَهَآءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللهُ لَكُمْ قِيَامًا

Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.,.” (An-Nisa’: 5)

Sistem ekonomi yang baik -apapun namanya dan dari mana pun sumbernya- akan dapat diterima oleh Islam. Umat pun akan didorong untuk mendukungnya, meskipun kitab fiqih sendiri telah sarat dengan hukum-hukum ekonomi berikut rincian penjelasannya, sehingga tidak perlu lagi tambahan dari konsep ekonomi yang lain.

Akhirnya, ketahuilah bahwa jika suatu umat telah dapat memenuhi seluruh pilar ini; cita-cita, cinta tanah air, ilmu pengetahuan, kekuatan, kesehatan, dan ekonomi, maka tidak dapat diragukan lagi bahwa inilah umat terbaik itu, dan masa depan ada di tangannya. Apalagi jika -di samping itu- ia bersih dari sifat egois, permusuhan, dan sifat-silat melampaui balas lainnya, niscaya lahirlah dari sana kebaikan yang akan menghiasi dunia seluruhnya. Sesungguhnya Islam telah menjamin tegaknya semua itu sehingga tidak ada alasan bagi suatu bangsa yang ingin bangkit untuk menolak konsep Islam ini, apalagi berpaling dari jalannya.

Sistem Islam Secara Umum

Pembicaraan di atas hanyalah sebagian kecil saja dari aspek-aspek ideal yang ada dalam sistem Islam, khususnya yang terkait dengan masalah kebangkitan umat, karena kita memang tengah menghadapi zaman kebangkitan.

Adapun jika kita ingin membahas seluruh aspek ideal dalam sistem Islam, maka membutuhkan pembicaraan panjang dan butuh berjilid-jilid buku untuk menuliskannya. Oleh karena itu cukuplah bagi kita sebuah kalimat global, bahwa sistem Islam yang berkaitan dengan kehidupan pribadi, keluarga, bangsa -baik pemerintah maupun rakyatnya-, serta hubungan antar bangsa telah merangkum berbagai sisi penghayatan, kecermatan, kejelasan, serta pengutamaan maslahat. Ia adalah sistem yang paling mendatangkan manfaat dan paling sempurna, yang pernah dikenal oleh umat manusia, sejak dahulu hingga sekarang.

Pernyataan ini telah dibuktikan kebenarannya oleh sejarah, dan dikuatkan dengan riset yang mendalam oleh para peneliti dalam berbagai sisi kehidupan.

Pernyataan semacam ini dahulu terasa eksklusif, namun kini sudah sangat populer dan dinyatakan oleh setiap cendekiawan yang jujur. Para peneliti -setiap melakukan risetnya- senantiasa menyingkap sesuatu yang ajaib dalam sistem abadi ini, yang tidak pernah terlintas di benak mereka sebelumnya. Mahabenar Allah tatkala berfirman,

سَنُرِيهِمْ ءَايَاتِنَا فِي اْلأَفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ شَهِيدٌ {53}

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (Fushilat: 53)

* Disampekan pada Kultum Ramadhan SMA IT Nur Hidayah, 4 September 2009

0 komentar:

Posting Komentar